modifikasi bola basket


MODIFIKASI BOLA BASKET
Modifikasi adalah suatu perubahan dari suatu yang ada menjadi hal baru. Modifikasi merupakan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Modifikasi ini bisa dilakukan pada materi-materi permainan bola besar. Bolabasket merupakan salah satu materi yang termasuk dalam permainan bola besar. Berdasarkan observasi awal, pengamatan dan analisis kebutuhan yang dilakukan pada guru dan siswa dapat diketahui dan disimpulkan bahwa belum pernah dilakukan suatu modifikasi pada proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya modifikasi permainan bola besar, terutama bolabasket.
Siswa tidak pernah diberikan informasi mengenai peraturan resmi yang ada dalam permainan bolabasket sehingga banyak siswa yang merasa kesulitan memahami dan mengerti dalam bermain bolabasket menggunakan peraturan yang resmi. ingin membuat suatu modifikasi permainan bolabasket dengan menyederhanakan ukuran lapangan, sasaran, waktu bermain dan aturan yang lebih mudah dimainkan, agar siswa selalu aktif bergerak dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.
Cara memodifikasi olahraga bola basket
  1.  Bola yang asli bisa diganti dengan bola bola plastik untuk langkah awal bagaimana caranya memasukkan bola kekeranjang
  2. Tinggi tiang dikurangi disesuaikan dengan jangkauan anak SD atau ditanam kayu penyanggah ember/baskom
  3. Keranjang bisa rupa ember atau baskom
  4. Ukuran lapangan diminimalisir
Cara bermain, siswa di ajarkan suting atau memasukkan bola kedalam ember atau baskom yang telah dipasang ditiang penyanggah, setelah bolaya masuk maka disuruh ambil lagi dan mengulangi dengan gerakan yang sama.
Peraturan permainan bolabasket terlalu sulit bagi siswa, sehingga siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran materi permainan bolabasket. Oleh sebab itu, diperlukan modifikasi permainan bola besar, khususnya bolabasket sebagai bahan ajar dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa  pada pembelajaran pendidikan jasmani. Produk akhir berupa modifikasi permainan bola besar pada pembelajaran pendidikan jasmani.
Seringkali seorang guru Pendidikan Jasmani atau penjas mengeluhkan keadaan sarana dan prasarana sekolah tempat ia mengajar. Terkadang, seorang guru penjas harus “bertengkar” dengan kepala sekolah atau kepsek untuk menyediakan fasilitas olahraga di sekolah.
Sementara menurut pemikiran sebagian orang, pelajaran penjas tidak begitu penting, mengingat pelajaran tersebut tidak masuk dalam ujian nasional (UN) atau ujian akhir berstandar nasional (UASBN). Jadilah pelajaran penjas menjadi “anak tiri” di sekolah, sehingga kurang mendapat perhatian yang serius.
Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang peran sentral pelajaran penjas dalam mendukung proses pendidikan secara menyeluruh. Tulisan ini lebih menekankan peran guru penjas, agar lebih kreatif dan inovatif untuk memodifikasi pembelajaran penjas dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.
Harus disadari bahwa sarana dan prasarana olahraga di sekolah sangat bervariasi antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Jika sekolah memiliki fasilitas olahraga yang lengkap, sudah tentu tidak menjadi persoalan bagi sang guru. Masalahnya, kita masih menemukan sekolah dengan sarana dan prasarananya yang sangat terbatas.
Menurut Undang-undang Sistem Keolahragaan Naional (UU SKN) No. 3 Tahun 2005 pasal 20 dan 21 Sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Sementara prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan/ atau penyelenggaraan keolahragaan.
Berdasarkan UU SKN tersebut dapat dijelaskan bahwa sarana meliputi peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan seperti bola kaki, bola voli, bola kasti, bola takraw, bola basket, papan pantul ring basket, tiang voli beserta netnya, raket bulu tangkis beserta netnya, meja tenis meja beserta betnya, tongkat estafet, peluru untuk tolak peluru, lembing, bak lompat jauh, gawang futsal, matras dan peralatan lainnya. Sementara prasarana meliputi ruangan atau lapangan yang dapat digunakan untuk melakukan aktifitas olahraga yang akan dilakukan.
Sebuah sekolah idealnya memiliki lapangan terbuka seluas 20x40 meter, maka di atas lapangan itu bisa dibuat lapangan futsal, voli, bulu tangkis, sepak takraw, kasti. Kecuali untuk bola basket, lapangan harus di semen dan membutuhkan fasilitas papan pantul dan ring. Tetapi jika sebuah sekolah, hanya memiliki lapangan yang lebih kecil dari ukuran di atas, maka guru penjas harus berpikir keras untuk memenuhi kewajiban pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Tetapi, kebanyakan sekolah telah memiliki lapangan yang berukuran seperti di atas, karena kebutuhan itu mutlak mengingat sebagai lapangan untuk melaksanakan kegiatan upacara bendera.
Jika kebanyakan sekolah telah memiliki lapangan yang telah memenuhi kebutuhan untuk melakukan aktifitas olahraga, bagaimana dengan perlengkapannya? Inilah persoalannya! Peralatan olahraga yang lengkap tidak dimiliki semua sekolah. Ada yang hanya memiliki bola kaki dan bolabasket saja, itupun jumlahnya sangat minim dan sudah bocor pula.
Dengan jumlah siswa yang berkisar antara 25-35 orang, idealnya jumlah bola yang dimiliki sekolah 15 buah. Artinya kondisi perlengkapan olahraga yang ideal di sebuah sekolah setengah dari jumlah siswa satu kelas. Itu artinya, setiap sekolah idealnya harus memiliki 15 buah bola futsal, 15 buah bola voli, 15 buah bola takraw, 15 buah bola basket, 15 bola kasti, 15 buah raket dan shuttlecock, 15 buah bet dan bola tenis meja. Sementara itu jumlah net bola voli, bulu tangkis, sepak takraw, tenis meja dan bak lompat jauh cukup 1 (satu) buah saja. Selanjutnya ketersediaan gawang futsal dibutuhkan 2 (dua) buah dan berkisar 5 (lima) buah untuk perlengkapan lainnya seperti matras, gawang atletik, peluru tolak peluru, lembing, cakram.
Jika sebuah sekolah memiliki fasilitas seperti disebut di atas, maka seorang guru penjas akan menikmati tugasnya untuk menjadi fasilitator dengan penuh motivasi dan semangat. Tetapi, jika kesemua fasilitas tersebut di atas tidak dapat terpenuhi oleh sekolah, tidak boleh mengendurkan semangat guru penjas untuk mengajar. Toh, kalau sekolah harus memenuhi semua fasilitas tersebut, berapa banyak dana BOS (biaya operasional sekolah) yang harus tersedot untuk itu?
Guru penjas harus kreatif mensiasati keadaan keterbatasan fasilitas! Seperti kata pepatah tak ada rotan akar pun jadi. Semangat ini harus kita cam-kan. Sebagai seorang guru penjas, tidak boleh kalah dengan kondisi yang ada. Karena, jika kita mau dan serius, semua persoalan keterbatasan fasilitas olahraga dapat kita atasi.
Secara tidak sadar, selama ini sebagian besar guru penjas telah bisa survive dengan kondisi keterbatasan yang ada. Misalnya mengganti bola basket dengan bola plastik yang harganya lebih murah, mengganti tongkat estafet dengan ranting kayu, mengganti peluru atletik dengan batu, mengganti cakram dengan piring plastik/ kaleng, mengganti gawang dengan kardus bekas, mengganti raket dengan raket buatan dari papan atau triplek, mengganti net dengan tali plastik, mengganti tiang gawang dengan batang kayu dan mengganti matras dengan tumpukan jerami.
Kenyataan tersebut menegaskan bahwa, sebenarnya guru penjas telah memiliki kreatifitas untuk memodifikasi peralatan olahraga. Alangkah bijaknya jika modifikasi yang telah diciptakan guru-guru penjas sebelumnya dapat dimutakhirkan lagi dengan model pembelajaran modifikasi yang tidak sebatas substitusi perlatan saja, tetapi juga modifikasi yang kebih kreatif lagi.
Seperti apa modifikasi yang lebih kreatif itu? Penulis mengelompokkannya ke dalam empat bagian, yakni ; pertama, modifikasi permainan beserta peraturannya, kedua, modifikasi olahraga rakyat menjadi olahraga yang lebih mengarah pada peningkatan kebugaran siswa, ketiga, kegiatan aktivtas outbound, dan keempat, menciptakan bentuk permainan baru yang lebih kreatif dan sesuai dengan kondisi lapangan sekolah yang ada.
Pertama, kita membahas modifikasi peraturan permainan olahraga yang telah banyak dilakukan guru-guru penjas, bahkan telah dipertandingkan antar sekolah. Misalnya sepak bola menjadi sepakbola mini, bola voli menjadi bola voli mini, bola basket menjadi bola basket mini, tenis menjadi tenis mini dan nomor-nomor pada cabang olahraga atletik seperti nomot sprint 100 meter menjadi 60 meter, lempar lembing diganti dengan lempar roket, sepak takraw diganti dengan kenchi/ bulu ayam, dan nomor-nomor atletik yang digabung-gabung menjadi tri-lomba (lari sprint, lompat kodok 3x dan lempar roket).
Kedua, modifikasi olahraga tradisional/ rakyat yang kurang mendapat perhatian serius atau terabaikan oleh guru-guru penjas. Banyak jenis olahraga tradisional yang sangat mengasyikkan bagi siswa, seperti galasin/ gerobak sodor/ galah panjang, pecah piring, enggrang, permainan karet, gotri, sambar elang, lari goni, lari guli, terompah bajak, alip berondok, kuda tunggang, batu locak dan lain sebagainya. Kesemua jenis permainan olahraga tradisional ini tetap memiliki dan mengarah pada peningkatan aspek physical conditioning siswa, seperti kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, daya ledak dan ketepatan. Bukankan hakikat pembelajaran pendidikan jasmani meningkatkan kebugaran siswa?
Ketiga, melakukan kegiatan aktivitas outbound yang yang lagi trend saat ini, dan sudah mulai dilaksanakan oleh beberapa sekolajh. Kita tidak perlu melakukan aktivitas outbound ke lokasi wisata yang jauh dari sekolah, sehingga menguras keuangan siswa. Karena aktivitas outbound dapat juga dilakukan di lokasi sekolah dan yang pasti tidak kalah serunya dengan lokasi wisata. Jenis-jenis aktivitas outbound yang dapat dilakukan di sekolah seperti field trap, water fall, blind army, happy king, moving carpet, borgol hands, hole trap, step with stone, dragon ball, mendulang emas, ban titian, pasak bumi, botol ajaib, tali kubus, bola bisu, lari lambat, panjang-panjangan, bangku bisu, transfer air, pipa bocor dan jenis lainnya. Sesekali jika memungkinkan, siswa dapat diajak ke alam bebas untuk memainkannya serta ditambah dengan aktivitas low and high rope yang lebih menantang, seperti flying fox, rafling, titian dewa, rafting, dan tracking.
Keempat, upaya guru penjas menciptakan olahraga baru yang relevan dengan tujuan pembelajaran penjas. Walau terasa cukup berat, namun bukan mustahil guru-guru penjas dapat menciptakan olahraga baru yang lebih kreatif lagi. Saat ini telah banyak guru-guru penjas yang membentuk perkumpulan-perkumpulan atau organisasi, seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) Penjas, Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia (Isori) dan banyak perkumpulan lainnya. Perkumpulan-perkumpulan guru penjas ini telah bergera melakukan pembahasan-pembahasan dan pemutakhiran model pembelajaran penjas. Diharapkan langkah tepat yang sudah dilakukan dapat di follow-up lagi untuk mewujudkan penciptaan jenis olahraga baru. Kenapa tak mungkin?

Sudah saatnya guru penjas berhenti mengeluhkan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Jangan sampai, guru penjas melakukan aksi memusuhi kepala sekolah, hanya karena penolakan-penolakan atas proposal penyediaan sarana dan prasarana yang kita tawarkan. Sekali lagi, guru penjas tidak boleh menyerah dengan kondisi sekolah yang serba terbatas. Karena selama kita berfikir maka eksistensi dan kreativitas kita akan selalu ada. Yakinlah bahwa pelajaran penjas bukanlah pelajaran yang menjadi “anak tiri“ di sekolah. Karena selagi murid masih bersorak gembira atas kehadiran kita untuk membawakan pelajaran penjas, itu artinya menjadi tantangan bagi kita untuk menyahuti keinginan bermain para siswa.
MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
PENDAHULUAN

Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani penulis anggap penting untuk diketahui oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan dengan mereka dapat menjelaskan pengertian dan konsep modifikasi, menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimana cara memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis modifikasi.
Dalam penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “ Developentally Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong kea rah perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang diajarnya. Perkembangan atau kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis maupun keterampilannya.

Tugas ajar itu juga harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik individu dan mendorongnya kea rah perubahan yang lebih baik.

a. Pernahkah anda membayangkan apakah kita mampu mengakomodasi setiap perubahan
dan perbedaan karakteristik siswa melalui tugas ajar yang kita berikan ?
b. Apakah keadaan media pembelajaran yang dimiliki sekolah anda bias memfasilitasi
aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani secara optimal ?
c. Perlukah kita mengadakan perubahan, penataan atau mengembangkan kemampuan daya
dukung pendidikan jasmani di sekolah kita ?
d. Upaya apa yang bias kita lakukan agar proses pembelajaran pendidikan jasmani
tersebut bisa memberikan hasil yang lebih baik ?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin sering muncul manakala kita merenungi tugas kita sebagai seorang guru pendidikan jasmani yang cukup berat.

2. KONSEP MODIFIKASI

Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan berikut harus dipahami dengan sebaik-baiknya.

a. Apa yang dimodifikasi ?

Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang tujuan,karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.

Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari yang paling dirasakan oleh para guru pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan.

Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani.

Guru pendidikan jasmani di lapangan tahu dan sadar akan kemampuannya. Namun apakah mereka memiliki keberanian untuk melakukan perubahan atau pengembangan – pengembangan kea rah itu dengan melakukan modifikasi ?

Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan dan sebagainya yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat direkayasa dan dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.
Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani. Bahkan sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak, melalui pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa kata kunci pendidikan jasmani adalah “Bermain – bergerak – ceria”.

b. Mengapa Dimodifikasi ?

Lutan (1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar :
a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran
b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi
c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.

Menurut Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan pertimbangan :

a) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa;
b) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi
cedera pada anak;
c) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat
dibanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa, dan
d) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak
dalam situasi kompetitif.

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh karenanya pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira.



Pernahkan anda memperhatikan pola garis dan panel pada bola yang biasa dipakai untuk bermain basket? Kalau kita hitung maka jumlah panel yang dibatasi oleh garis pada bola tersebut berjumlah 8. Apapun merek bola yang kita pakai untuk bermain basket, dari yang asli sampai yang aspal pola garis dan panel tersebut tidak pernah berubah dari masa ke masa.
Ternyata pada tahun lalu, Molten yang sudah hampir seperempat abad bekerjasama dengan FIBA sebagai official game ball melakukan terobosan baru dalam hal pola tersebut.Molten menciptakan pola baru sehingga membuat jumlah panel pada bola berjumlah 12 buah.. Bola ini di desain setelah mendapatkan dua masukan berbeda dari mantan pebolabasket asal Italia. Satu pihak menyebutkan perlunya perubahan dalam desain bola basket sementara pihak lain menyatakan sebaliknya.Bola ini diklaim oleh pihak Molten bakal meningkatkan performa pemain melalui teknologi 2 bantalan (dual cushion technology).
Bantalan pertama terdiri dari busa yang padat dan empuk. Bantalan busa ini berada di lapisan ketiga setelah lapisan luar permukaan bola yang bersentuhan dengan tangan pemain dan lapisan penyokong dibawah lapisan luar.
Bantalan kedua merupakan alur pemisah panel yang terbuat dari bahan karet spesial. Kombinasi ini dinyatakan bakal memberikan efek lembut saat bola memantul tanpa kehilangan kecepatan aslinya seperti layaknya bola normal yang dipakai sebelumnya. Selain itu saat pemain melakukan gerakan menangkap, bola ini mereduksi getaran lebih baik dibandingkan bola sebelumnya. Juga bagian yang dekat dengan pemisah antar panel dibuat lebih rata dibanding sebelumnya yang sedikit melengkung. Dengan inovasi baru diatas, gerakan-gerakan inti di bola basket seperti, dribbling, passing, catching dan shooting ditengarai akan semakin baik dilakukan karena permukaan bola yang enak untuk digenggam.



Related Product :

+ komentar + 3 komentar

22 Mei 2016 pukul 07.50

modifikasi permainan bola besar dengan menggunakan pendekatan permainan tradisonal ada gak?

10 Agustus 2020 pukul 08.36

Oy

10 Agustus 2020 pukul 08.37

Sedikit berman faatnya

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SEMUA PASTI ADA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger